“Ketika sains mengajari kita tentang apa yang benar, terukur, dan dapat dipertangungjawabkan kevalidannya. Dalam realitas kehidupan, terkadang banyak pula yang menempuh jalan pintas untuk mencapai kebenaran itu sendiri. Hasil akhirnya terkadang juga kebenaran itu menjadi kebenaran palsu. Disinilah sastra berbicara tentang kebenaran yang terabaikan oleh sains, kebenaran nilai-nilai yang ditelang dunia global. Sastra berbicara tentang nilai-nilai yang mendidik kita untuk serasa dengan insan lainnya. Rasa mengajari kita untuk membangun suara hati hati, membentuk moral universal, memupuk kebersatuan yang hakiki, dan sastra berbicara tentang rasa yang menyatuh bersama pribadi manusia sejak lahir. Rasa yang kadang di pandang sebelah mata oleh sains dewasa ini.
Tanggapan saya tentang Novel Sarjana di Tepian Baskom Karya Wildan F. Mubarock
Novel “Sarjana di Tepian Baskom Edisi Guru, karya dosen saya Wildan F. Mubarock" ini berkisah tentang Tegar yang menjalani hidup dengan kesederhanaan. Dalam kesederhanaan itu, Ia juga selalu bersyukur akan kebesaran Sang Kahlik dan menghadapi setiap persolan dalam kehidupan dengan tabah dan rendah hati. Tokoh yang juga hadir sebagai anak yatim ini menunjukan kedewasaan dan tanggungjawabnya dalam medidik dan membesarkan adik-adik, serta dalam memenuhi kebutuhan keluarganya
Dalam keluarga Ia hadir sebagai anak sekaligus menggatikan posisi seorang ayah dalam hal mencukupi kebutuhan keluarga. Tegar selalu menjadikan sahabatnya Daaris sebagai tokoh insfirasi dalam berkarya. Teger dan Daaris ibarat otak kanan dan kiri yang saling melengkapi. Persahabatan mereka bukan sekedar saling membutuhkan, tetapi juga saling mendidik dan mengarahkan.
Persahabatan Tegar dan Daaris serta sikab dan tindakan dari mereka dapat dijadikan panutan oleh berbagai kalangan. Terlebih khusus sangat berguna bagi pendidik atau pun calon pendidik yang akan membentuk watak generasi mudah dewasa ini. Tokoh utama dalam novel ini mengajari tentang moral universal. Menuntun kita untuk mengenali diri, mengendalikan diri, dan selalu tabah sebagai guru yang baik. Kita juga di ajari untuk menuangkan sifat dan karakter yang menunjung tinggi nilai-nilai moral yang berakar pada ajaran agama pada anak didik kita dalam setiap proses belajar mengajar.
Novel ini mampu membuka mata batin kita. Menuntun serta membawa kita melayang dan menyelinap kedalam realitas kehidupan dewasa ini, untuk menyentuh dan merasakan kehidupan yang dianggap basi oleh kalangan berdasi di negara ini. Bukan hanya itu, novel ini pun mengajak pembaca untuk melihat sistem pendidikan di negara kita yang kadang terjadi sistem hirarki kekerabatan, kekeluargaan, dan kecurangan-kecurangan terselubung yang terjadi antara pendidik dan orang tua murid.
“Sederhananya, sistem dinasti dalam tubuh pendidikan di negara kita”
Melalui sang guru teladan dalam novel ini akan mengajak kita untuk melihat dunia dengan mata batin . Kita juga akan diajak berkelan menyusuri lorong-lorong yang terabaikan. Merasakan kehidupan kota yang mulai menomor duakan sang khalik. Para siswa di sekolah-sekoalah ternama yang mulai memandang rendah gurunya. Sinetron-sinetron dewasa ini yang dengan akuhnya menayangkan siswa berseragam sekolah, namun yang ditonjolkan pada tiap adegannya adalah percinataan kalangan remaja, bukan melainkan proses belajar mengajar, sampai dengan kapitalis yang mengambil peran sentral dalam perkembangan global dan akan terus membuh dan memadamkan nilai-nilai kemanusia serta mengubur nilai-nilai tradisonal yang seharusnya disletarika. Kesenjangan dalam pendidikan di negara kita yang seakan mengiakan pancasila hanyalah milik mereka yang berdasi.
Selain dari persolan-pesolan di atas, Tegar akan mengajari bagaimana menjadi guru yang baik, bertangungjawab, dan selalu tabah dalam benjalani hiruk-pikuk dalam kehidupan. Ia juga mengajari bagaimana memahami kebhinekaan yang seharusnya tanpa membedakan ras dan agama. Semua itu disajikan penulis dengan bahasa yang lugas, puitis, menggelora, dan mudah dipahami oleh semua kalangan. Di setiap alurnya, novel ini mengajari bagaimana kita melihat kehidupan dengan mata batin kita dan disajikan dengan dialog-dialog yang membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian.
Sekali lagi Novel ini sangat berguna bagi seorang calon pendidik seperti saya. Novel ini mampu mengajak kita untuk melihat apa yang sebenaranya terabaikan saat ini. Kejujuran dan kebenaran dipandang dongeng para pembual. Saat ini yang ada, jika anda ingin sukses anda harus licik dan pandai bertopeng. Semua persolan itu pun di sajikan dengan singkat padat dan jelas.
Lebih mendalam lagi. Anda dan saya kadang dibutakan dengan kata-kata seperti “keberhasilan, kemapanan, dan kesuksesan”. Benar pendidikan saat ini mempersiapkan kita menjadi manusia-manusia sukses, siap dipekerjakan di dunia kerja, dan hidup dalam kemewahan dan kemegaan. Ketika kata-kata di atas meracuni mindset manusia masa kini. Imajinasi yang selalu terbayang dalam benak adalah sukses, mapan, dan hidup mewah. Dalam mencapai itu, tidak jarang juga cara–cara yang pintas dan licik ditempuh oleh sebagian manusia.
Pernyataan ini bukan berarti tidak boleh sukses, kaya, dan mapan, tetapi pertanyaannya ketika semua itu diperoleh dengan cara yang licik dan bertopeng. Apakah anda berani berkata ini rejeki Sang Khalik untukku? Jangan-jangan hak orang lain yang kita rebut dengan begitu rakusnya. Temukan kisa mereka sekarang juga. Anda akan di ajak berkelana oleh Tegar si yatim alias guru teladan yang rajin beribadah itu.
- Terima Kasih -
Nama : Natalius Tekege
NPM : 032111099
Blog : www.dihaimoma.com
0 komentar:
Post a Comment